Menanti dalam Kesunyian

Mentari hinggap diwajahku, saat sepasang kaki melangkah keluar dari kantor itu. Tak terasa sudah pukul empat sore setelah seharian penuh aku keluar masuk kantor mencari pekerjaan. Dengan lelah aku menyeret kakiku pulang mengikuti kata hati yang sudah lelah ingin cepat sampai kerumah.

Sambil berjalan, aku merenung sendiri. Sudah tujuh bulan aku putus dengan Rendi, tapi entah kenapa bayangannya terus menghantuiku dan semakin lama, aku tak bisa melupakannya. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi padaku dan aku harus berbuat apa terhadap perasaan ini?

Satu jam berlalu, setiba dirumah, aku langsung masuk kamar dan menyalakan Winamp komputer, kuatur lagunya sesuai dengan seleraku. Seiring alunan lagu sendu yang menemani kegelisahan ini, tiba-tiba anganku melayang mengingat seraut wajah Rendi.

“Ren ini yang kesekian kalinya bayanganmu hadir dihadapanku, dan aku tak berdaya menepis semua yang terjadi. Ren kenapa kau tega hianati aku, apa salahku hingga kau pergi meninggalkanku. Entahlah aku tak tahu meski berbuat apa terhadap perasaanku ini. Ketauilah Ren, aku menginginkan kau datang saat ini mengobati lukaku yang perih tak terobati. Setiap menit, detik aku selalu menunggumu berharap kau datang sambut cintaku seperti dulu.” Keluh ku mengumal sendiri.

Aku beranjak dari tempat duduk komputerku menuju tempat tidur sekedar membaringkan badan dan akhirnya tertidur pulas

***

Hari demi hari lewat begitu cepat, sudah tiga bulan ini aku uring-uringan tinggal di rumah semenjak studiku selesai. Aku jauh dari teman-teman, sahabatku dan Rendi. Hal inilah yang membuatku tambah strees kehilangan semuanya. Aku bosan dengan aktivitas sehari-hariku disini. Taada yang menarik, setiap pagi bagun pagi, shalat, beres-beres rumah, nonton televisi, dengerin radio, dan bermain dengan komputer yang sudah ku anggap sebagai teman penghibur disaat ku sedih dan senang. Tiba-tiba handphonku berdering menandakan ada sms yang masuk.

“Morning girl… kemana aja atu neng? Pa kbr….da kerja blm? Kapan ke bandung lg? gi ngapain nih pagi2 gini? Oh ya hr ini ak & tnm2 pd mau rekreasi ke Ciater Subang mau ikut ga? Miss U friend….”

Pengirim:

Fetty

0818615079

 

Malam ini sahabat-sahabatku lagi senang-senang bersama pasangannya di Ciater. Sementara aku disini bengong sendiri hanya bisa memandang bintang sambil mengenang masa-masa indah bersama Rendi. Jadi nyesel deh menolak ajakan mereka. Aku tak pernah menyangka akan hidup seperti ini, kemarin aku berpikir andai aku meninggalkan kota itu, aku pasti bisa melupakan Rendi. Ternyata sungguh sebuah pemikiran yang salah, justru di kota itulah aku bisa mendapatkan segalanya. Aku bisa mencapai semua mimpi dan cita cintaku.  Ah that is a memory.

Tiba-tiba suara ucapan salam membuyarkan lamunanku. Tak kuduga tepat satu meter didepanku berdiri seorang pria tinggi memberiku senyum manis.

“Hai Sherly pa kabar, gi ngapain malam-malam diluar sendiri?” Sapa Ferdi dengan senyuman manis.

“Hai kak Fer kapan pulang? Mari masuk!” Sambutku dengan senyum.

Kemarin Sher, maaf ya baru sempat main sekarang, maklumlah banyak kerjaan.

“Duh orang sibuk ya.” jawab ku bercandain dia.

Malam ini Ferdi bercerita banyak tentang pengalamannya selama bekerja diluar kota. Walaupun kedengarannya aneh dan tak menarik, namun aku setia menjadi pendengarnya.

****

Semenjak malam itu, hampir setiap minggu Ferdi main kerumahku. Awalnya sih biasa, aku menganggap dia sebagai teman tak lebih tak kurang karena disamping aku sudah lama mengenal dia, dia juga sudah dekat dengan keluargaku. Namun seiringnya waktu berlalu tak terasa hari-hari jenuhku terasa lebih ringan semenjak Ferdi sering bersamaku. Dia memang bukan pacar tapi mampu mengobati segala rasa sepiku. Namun setelah segala kenyamanan aku dapatkan, segala perhatian dan kasih sayang tanpa batas aku rengkuh. Kini Ferdi menghilang tanpa kabar. Hari demi hari aku selalu mennggu Ferdi datang, namun tak kunjung juga dirinya hadir dihadapanku. Aku mulai merasa gelisah kehilangan Ferdi dan mulai bertanya-tanya ada apa dengannya? tidak biasanya dia seperti ini. Dalam keheningan malam sering ku tuangkan semua kegelisahan ini pada miscrosoft word.

 

Secret admirer

Pertama aku mengenalnya, biasa aja dulu aku menganggapnya tak lebih dari teman. Mungkin waktu itu hatiku masih terikat dengan yang lain sehingga aku tak pernah memikirkanya, walaupun dia selalu ada saat kubutuhkan. Namum saat kusadari setelah sekian lama aku mengenalnya, aku mulai merasa kebingungan menagfsirkan sikapnya. Aku tak mengerti maksudnya. Aku hanya mengenal wajahnya, kebaikannya, perhatiannya tetapi tidak hatinya. Sungguh sulit kutebak dan kupahami. Sampai sekarang aku belum tahu kenapa dia bersikap seperti itu?

Pernah aku simpati padanya ketika dia menolongku. Dia ada saat kubuthkan Dan beberapa kali dia membantuku. Dia selalu datang sebagai penghibur saat ku sendiri. Tanpa sadar aku mengaguminya dan aku menyukai semuanya yang didirinya. Dia sungguh unik baru pertama kali aku mengenal orang seperti dia. Dia sangat berbeda dari yang lain.

Namun saat ini Maafkan aku, karena tak bisa ungkapkan rasa ini ataupun berterus terang tentang semua ini. Kucoba ingkari ini karena ku hanya wanita yang penuh dengan rasa bimbang tuk ungkapkan cinta.

Andai dia mengerti isi hatiku, memahami perasaanku dia pasti datang menjawab semua keraguan ini.

 

Ah, sebenarnya aku bosan dengan semua ini karena hal ini sangat menyakitkanku. Aku tak tahu kepada siapa perasaan ini harus kutuangkan sementara aku sendiri tersudut dalam kenyataan yang membuatku bisu. Aku bosan menangis dan memaki diriku yang tak berdaya ini. Sungguh aku ketakutan, namun aku tak berdaya atas cinta yang belum pasti ini. Ah, saat ini aku hanya bisa pasrah pada yang diatas tentang jalan hidupku ini.

****

Sukabumi, 5 Juli 2006

2 respons untuk ‘Menanti dalam Kesunyian

Add yours

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑